haus

Inilah Rahasia Strategi Bisnis Haus! yang Omzetnya Mencapai Puluhan Miliar Rupiah

Haus! merupakan brand bisnis kuliner kekinian yang sangat populer di Indonesia terutama bagi kalangan milenial yang memang menjadi segmen pasar utama. Sejak berdiri pertama kali tahun 2018, langsung mengalami perkembangan dan kemajuan pesat. Bahkan ada yang menyebutkan omsetnya mencapai sekitar Rp20 miliar per bulan!

Sehingga tidak mengherankan banyak yang penasaran, bagaimana cara pemilik atau pengelola usaha tersebut berhasil menggapai kesuksesan luar biasa. Melalui sejumlah wawancara dengan berbagai media, founder Haus!, Gufron Syarif tak segan berbagi pengalaman. Jika ingin tahu, berikut ini garis besar hasil wawancara tersebut berdasarkan informasi dari sejumlah sumber.

Strategi Perintisan

Sebelum mendapat ide membuka usaha kuliner, Gufron Syarif sempat bertemu dengan kawan lamanya yang telah sukses menjalankan bisnis makanan. Produknya berupa ayam goreng dan mengambil segmen pasar utama golongan menengah ke bawah. Melalui perjumpaan tersebut kemudian Gufron mengambil inisiasi yang sama tapi dengan produk berbeda, yakni minuman.

Hanya saja sebelum melangkah lebih jauh, pria yang pernah jadi pegawai kantor ini melakukan riset dulu. Khususnya terkait pola pengeluaran atau belanja makanan dan minuman masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Dari sini muncul kesimpulan apabila bisnis yang akan dia jalankan bisa terjangkau oleh golongan tersebut dalam rentang harga Rp5.000 – Rp15.000.

Selanjutnya lelaki lulusan dari sebuah universitas di Australia ini melibatkan tiga orang teman untuk merintis usaha minuman. Oleh karena yang menjadi segmen pasar adalah generasi muda atau milenial, maka yang menjadi pilihan adalah minuman kekinian terutama yang dari bahan teh dan kopi. Keduanya merupakan minuman paling terkenal di dunia, termasuk Indonesia

Dari sini kemudian melangkah menentukan brand atau merek yakni Haus!, sebuah kata yang sangat familiar di telinga masyarakat tanah air. Tak lama setelah itu Gufron membuka kedai minuman pertamanya dekat kampus Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat. Pembukaan ini bertepatan dengan malam takbiran tahun 2018.

Pemilihan hari atau malam tersebut bukan tanpa alasan, karena pada saat itu Gufron punya niat menguji, apakah teman-temannya mau serius menjalankan usaha yang baru dia rintis. Pasalnya, sebagian besar masyarakat ketika masuk masa lebaran lebih suka berkumpul bersama keluarga. Hasilnya, semua rekannya bersedia berkorban untuk ikut membantu membuka usaha baru.

Pada hari pertama pembukaan itu, Haus! berhasil meraup omzet dalam jumlah yang lumayan besar mencapai Rp1,5 juta. Sedangkan di hari kedua atau bertepatan dengan lebaran, naik jadi Rp2 juta dan Rp4 juta pada hari lebaran kedua. Melihat fakta ini, Gufron menjadi yakin apabila bisnisnya memiliki prospek cerah.

Strategi Pengembangan Bisnis

Usai menggapai omzet yang lumayan besar, Gufron mulai berani pasang target tiap hari harus dapat menjual minuman minimal sebanyak 400 gelas. Penentuan ini berhubungan erat dengan pengeluaran modal yang cukup tinggi, rata-rata sebesar 50% per gelas. Dia berusaha keras agar target tersebut bisa tercapai.

Salah satunya adalah dengan cara berupaya mencari ide baru agar bisa menghadirkan minuman teh dan kopi dengan variasi rasa yang lebih banyak. Pemuda kelahiran Jakarta, 25 Maret 1985 tak segan memburu ilmunya di chanel-chanel Youtube. Melalui langkah ini, tercipta varian-varian kekinian yang mampu menarik minat pelanggan.

Sementara itu secara bersamaan Gufron terus melakukan pengawasan terhadap perkembangan dan operasional bisnisnya. Jika ada kesempatan selalu minta masukan dari kosumen sekaligus berusaha memenuhi semua keinginan mereka. Sehingga jumlah konsumennya terus bertambah banyak.

Berikutnya dalam jangka waktu sekitar dua bulan usai pembukaan usaha, Gufron makin berani mengembangkan usaha. Bersama dengan teman-teman dalam satu tim kerja dia memutuskan membuka kedai Haus! untuk yang kedua kalinya. Uniknya, Gufron juga bikin keputusan lain bahwa modalnya tidak boleh dari dirinya sendiri atau rekan-rekannya.

Sehingga dalam setiap pembukaan gerai Haus! baru, selalu melibatkan investor pasif seperti keluarga atau teman yang lain. Sedangkan untuk pengelolaan dan operasional tetap berada di bawah kendali manajemen Haus!. Melalui tindakan ini, dalam jangka waktu kurang lebih dua tahun berhasil membuka cabang sebanyak 113 gerai.

Tidak lama setelah itu,Gufron bikin target yang lebih besar lagi, pada tahun 2021 – 2023 harus bisa menambah gerai di Jawa dan Bali. Sesudahnya pada 2024, dapat meluas hingga Sumatera dan Kalimantan beserta Sulawesi pada 2025. Sedangkan untuk tahun 2026, harapannya adalah bisa melakukan ekspansi ke luar negeri terutama kawasan Asean.  

Strategi Pemasaran

Bicara tentang strategi pemasaran, sejak awal berdiri Gufron selalu berusaha agar Haus! dapat memberi harga terjangkau bagi para konsumen. Ini sangat sesuai dengan slogan yang dia pakai, bahwa setiap orang punya kesempatan sama untuk menikmati minuman enak. Sehingga dalam penentuannya, juga menyesuaikan dengan segmen pasar, yakni kelas menengah ke bawah.

Selain itu yang tak kalah penting adalah Gufron tidak pernah lelah dan bosan mencari gagasan baru agar produk minuman dan makanannya memiliki variasi rasa yang lebih banyak. Tujuan dari inovasi ini yaitu untuk menghindari kejenuhan karena selalu ada yang baru.

Strategi pemasaran berikutnya yang tidak boleh terlupa dan terlewatkan adalah menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengenalkan menu-menu terbaru. Berdasarkan pengalaman selama ini, banyak pelanggan yang kerap menanyakan adanya minuman atau makanan anyar untuk mereka coba. Melalui media sosial, para pelanggan tersebut bisa tahu tentang hal ini.

Pemberitahuan tentang kehadiran menu terbaru tersebut selalu ada iringan lain, misalnya kuis atau giveaway. Satu hal lagi yang juga sangat penting adalah penggunaan aplikasi smartphone dengan tujuan yang sama. Sehingga hubungan dengan pelanggan bisa semakin bertambah erat dan memiliki ikatan batin yang kuat.

Pemilihan tempat atau lokasi, juga selalu melalui pertimbangan dan perhitungan yang matang. Dalam hal ini, apabila kedai kuliner lain suka memilih mall atau area perkantoran, maka Haus! justru tertarik dengan area dekat sekolah atau kampus. Keputusan ini memang terdengar aneh, namun memiliki alasan kuat.

Pelajar dan mahasiswa memang menjadi target pemasaran utama Haus!. Golongan remaja dan anak muda ini merupakan generasi yang sangat senang menikmati jajanan enak namun dengan harga terjangkau. Jadi jika berada di mall atau tempat prestisius lainnya, jutru menjadi kurang laku karena yang datang bukan merupakan bukan pangsa pasar terbesar Haus!.

Kemudian yang terakhir adalah kualitas, harus selalu terjaga dengan baik agar tidak ada yang menyesal setelah berkunjung ke gerai Haus!. Terkait dengan hal ini pula Gufron bersama teman telah memutuskan untuk tidak menggunakan sistem franchise saat ingin buka cabang baru. Hal ini bertujuan agar nama baik brand tetap terlihat baik di mata konsumen.

Itulah beberapa ulasan penting tentang strategi bisnis kedai kuliner Haus! yang hingga saat ini terus berkembang dengan omzet puluhan milyar rupiah per bulan. Semoga dapat jadi inspirasi dan pembelajaran bagi siapa saja yang ingin membuka usaha sendiri.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *