Simpan tempat makan favorit kamu

install Horego sekarang

Albert Harsono

Albert Harsono

4

Seorang teman pernah berkelakar, katanya, cara mengetahui kualitas makanan suatu tempat makan adalah dengan melihat demografi pengunjungnya. Makin banyak orang tua, makin enak. Untuk parameter ini, Soen Yoe lolos dengan nilai tinggi karena hampir semua meja yang terisi diisi oleh orang yang umurnya setidaknya 40 atau bahkan 50 ke atas. Tempat makan Soen Yoe terbagi jadi dua tempat, satu yang ada di pengkolan perempatan antara jalan Kelinci dan jalan Belakang Pasar Baru, satu lagi di gang yang mengarah ke jalan utama pertokoan Pasar Baru, jarak antar kedua lokasi Soen Yoe ini gak sampai 50 meter dan tampaknya kedua tempat dikelola oleh orang-orang yang masih punya hubungan keluarga. Rasa makanan dan suasana restoran relatif serupa dari pengalaman pribadi, walau ada sedikit perbedaan di kelengkapan menu (kalau ga salah, bedanya ada menu ikan di yang pengkolan) dan model alat serta wadah makan. Perbedaan gak penting lainnya adalah perbedaan warna cat yang digunakan di eksterior, yang pengkolan dominan warna hijau, sementara yang di gang hijau agak tosca. Masuk ke bagian paling penting, makanannya... 1. Bakmi Ayam Kampung + Swikiaw Babi (Gang, Pengkolan) Udah dua kali ke sini buat makan mienya, bukan karena doyan, lebih ke penasaran karena pertama kali makan, rasanya biasa aja, malah yang paling keinget malah jamur merang-nya yang agak masam. Untuk swikiaw babi cukup padat dagingnya dan berasa udang. Kali kedua nyoba yang di pengkolan, kali ini jamurnya gak masam, tetapi terlihat lebih dipotong tipis dan gelap (dikecapin), tetapi untuk bakminya masih tergolong kurang berkesan. Untuk mie yang menggunakan potongan ayam kampung, masih condong lebih ke asin yang lebih kuat daripada rasa gurihnya. Potongan mienya agak besar, tetapi yang bikin pengalaman makannya agak absurd adalah mienya putus-putus, jadi gak berasa ada kontinuitas, serasa makan locupan versi kecil dan lebih panjang. Mengingat harganya 11-12 dengan mie ayam kampung yang lebih proper seperti Bakmi Karet Krekot yang kaldu dan bumbu mienya lebih berkarakter, rasanya kecil kansnya bakal kembali ke sini untuk makan mie Soen Yoe untuk ketiga kalinya. 2. Ngohiong/mohyong (Gang) Udah beli ini dari 2 dekade lalu, dan cukup cocok dengan rasanya. Dagingnya gak seberasa ngohiong di restoran Chinese yang lebih bonafide, tetapi rasanya cukup gurih, khususnya jika dipadukan dengan saus merahnya yang ada 2 jenis, satu yang kental merah muda, dan satu lagi merah pekat cair yang jauh lebih gurih (biasanya mesti minta dengan yang jual). 3. Capcay (Pengkolan) Ini banyak dan gurih, sesuai harganya. Biasanya tipikal makanan yang dibawa pulang karena bisa dimakan sekeluarga pakai nasi. Seperti capcay pada umumnya, ada potongan berbagai macam sayur (wortel, kembang kol, caisim, sawi putih, dll), ditambah dengan bakso ikan, bakso babi yang rasanya mirip ngohiong, dan potongan ayam serta udang. 4. Puyunghai (Pengkolan) Secara pribadi, agak mengecewakan. Jika dibandingkan dengan puyunghai di resto Chinese pada umumnya, puyunghai Soen Yoe terlalu benyek dan sausnya terlalu kental dan kurang masam. 5. Pangsit Kuah + Tahu isi (Gang) Cukup enak, di menu yang sekarang tulisannya pangsit ayam, tapi seinget pas makan dulu, rasanya dominan gurih babi(?) Kuahnya gak pelit. Daging yang melekat di tahu isinya mirip bakso babi yang dipakai untuk hidangan capcay. 6. Teh hangat (Pengkolan) Berasa teh, hangat, dan yang paling penting, gratis kayak di restoran padang, highly reccommended.

7 Jun 2023

1